Kamis, 30 September 2010

Jembatan Selat Sunda Tak Terganggu Letusan Anak Krakatau

Kamis, 30 September 2010 - 12:59 wib
Wilda Asmarini - Okezone
ilustrasi
JAKARTA - Rencana pemerintah membangun Jembatan Selat Sunda (JSS) pada 2014 mendatang dinilai tidak akan terkena dampak signifikan bila nantinya terdapat gucangan gempa akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Surono, Gunung Anak Krakatau itu kecil kemungkinan meletus besar karena hampir tiap tahun selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini Gunung Anak Krakatau ini efektif mengeluarkan letusan. Dengan demikian, letusan yang akan terjadi selanjutnya diperkirakan tidak berpotensi begitu besar.

"Gunung Anak Krakatau kecil kemungkinan bakal meletus besar, karena tidak bisa menghimpun energi besar akibat dalam 10 tahun ini Gunung Anak Krakatau efektif mengeluarkan letusan. Gunung Anak Krakatau tidak mempunyai dampak signifikan bagi Jembatan Selat Sunda," ungkap Surono pada Lokakarya "Kondisi Bahaya Geologi dalam rangka Pembangunan Jembatan Selat Sunda", di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (30/9/2010).

Dia memperkirakan dalam kurun waktu 200 tahun ke depan aktivitas Gunung Anak Krakatau ini tidak akan menimbulkan letusan dahsyat, sehingga dinilai tidak akan mengganggu pembangunan dan aktivitas JSS tersebut. Berdasarkan penelitian, katanya, selang waktu terjadinya dua letusan besar di Gunung Krakatau adalah berkisar 1.500 tahun.

Adapun estimasi didasarkan volume kantung magma Gunung Krakatau sekitar 10 km3. Volume ini jauh lebih besar bila dibandingkan voume kantung magma Gunung Galunggung sebesar 0,5 km3. "Letusan besar terakhir Krakatau yang menimbulkan tsunami itu pada 1883. Gunung Krakatau tidak memiliki dampak signifikan terhadap Jembatan Selat Sunda," tuturnya.

Menurutnya, kalau pun terjadi letusan, jangkauan abu gunung api tersebut hanya mencapai sekira satu sampai dua kilo meter dari puncak gunung. Tapi memang, lanjutnya, efek terjadinya gempa yang perlu diwaspadai.

"Yang perlu ditakuti sebenarnya bukan letusannya, tapi gempanya. Tapi dengan teknologi saat ini seperti dilakukan Jepang, itu bisa diatasi," pungkasnya.

Sekadar informasi, sejak 31 Oktober 2009 status kegiatan Gunung Anak Krakatau diturunkan dari siaga menjadi waspada hingga saat ini. Aktivitas Gunung Anak Krakatau sekarang ini merupakan awal periode aktif kembali setelah periode istirahat sejak Juli 2001 atau dengan jeda letusan enam tahun. Bila siklus jeda letusan berikutnya mengikuti siklus jeda letusan sebelumnya, maka letusan yang akan datang mungkin terjadi setelah jeda satu atau dua tahun.(adn)(rhs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar